Latar Belakang Perang Dunia 1
Perang Dunia 1 bermula di Eropa pada
tahun 1914. Amerika Serikat pada mulanya tidak ikut serta dalam perang Dunia 1,
meski merasa memiliki hak netral untuk tidak berpihak pada sisi manapun.
Meskipun demikian, kedua blok dalam perang tersebut yakni Triple Entente (Blok
Sekutu) dan Triple Aliansi (Blok AS) berusaha untuk mempengaruhi Amerika
Serikat supaya masuk dalam Bloknya. Pada tanggal 4 Agustus 1914, ketika perang
berkobar Presiden Wilson mengumumkan netralitas Amerika Serikat dalam perang
itu. Sebagai Negara netral, Amerika Serikat mempunyai hak untuk bersikap yang
secara historis dan meyakinkan berada di bawah naungan hukum internasional
melalui kegiatan sebagai berikut :
1. Amerika
Serikat sebagai Negara netral dapat melakukan kegiatan menjual barang-barang
senjata dan peralatan mesin perang yang lainnya dengan Negara yang sedang
berperang. Sementara itu pihak Negara yang sedang berperang dapat menekan
perdagangan ini dengan saling blockade untuk menghentikan iringan kapal yang
membawa barang-barang tersebut, namun blockade harus efektif yakni dengan
sejumlah kapal perang untuk patroli.
2. Jika
kapal dagang dari Negara netral atau musuh berlayar dan tertangkap, maka boleh
dimiliki dan diambil alih dalam keadaan tertentu, namun tidak boleh
ditenggelamkan sehingga membahayakan keamanan awak dan penumpangnya dibawah
hukum itu dan kebijakan Amerika Serikat, hal ini menjadi tugas bagi Presiden
Woodrow Wilson dalam perdagangan sebagai Negara netral.
3. Ia
juga harus menghadapi keluhan tentang kekerasan terhadap Negara netral dari
Negara-negara yang berperang.
Pemicu Perang Dunia 1 terkait
terbunuhnya seorang pewaris tahta Austria-Hongaria yang bernama Pangeran Franz
Ferdinand oleh seorang mahasiswa Serbia bernama Gavrilo Princip pada 28 Juni
1914. Meskipun dipicu pembunuhan ini namun ada latar belakang yang lebih
realistic mengenai sebab-sebab meletusnya Perang Dunia 1 yakni terkait dengan
terbentuknya Aliansi dan counterbalances yang berkembang antara kekuasaan di
Eropa selama abad ke-19, sejak kekalahan Napoleon Bonaparte di Waterloo tahun
1815 yang menyebabkan terjadinya “terangkatnya” kekuasaan Napoleon Bonaparte di
Negara-negara Eropa yang pada gilirannya sebagai akibat langsung adanya
Revolusi Perancis (1789) yang menggulinggkan Monarki Perancis.
2.2 Keadaan Ekonomi Amerika Serikat
setelah perang Dunia 1
a) Krisis Ekonomi
Ekonomi Amerika Serikat Pascaperang
kembali tidak normal, akibatnya pekerja menjadi tidak puas dengan meningkatnya
biaya hidup, jam kerja menjadi panjang, dan manajemen yang tidak punya rasa
simpati. Tahun 1919, lebih dari 4 juta jiwa pekerja mengadakan aksi mogok. Pada
tahun 1920 telah diadakan pemilihan presiden yang dimenangkan oleh Partai
Republik Warren G.Harding. kemudian pada waktu itu untuk menjaga kemakmuran yang
ada dibuatlah kebijakan pemerintah yang sangat konservatif. Hal ini diyakini
bahwa akan dapat membesarkan usaha swasta yang pada akhirnya mampu membesarkan
usaha swasta dan meningkatkan kemakmuran. Ledakan
ekonomi yang terjadi seusai Perang Dunia 1 berupa aliran keuangan yang hancur
secara dramatis dan banyak negara meninggalkan sistem gold standard untuk
menggantinya dengan sistem floating currencies.
Pada tahun 1920-an, setelah perang
usai, terdapat usaha untuk mengembalika sistem gold standards. Sistem ini mampu
menciptakan kondisi yang sangat menguntungkan bagi dunia industry di Amerika. Sepanjang
tahun 1920, usaha swasta menerima dorongan yang substansial, termasuk pinjaman
pembangunan, kontrak perantara yang menguntungkan, dan tunjangan langsung
lainnya. Begitu juga kebijakan partai Republik di bidang pertanian mendapatkan
kecaman besar karena para petani hanya mendapatkan sedikit kemakmuran bagi
pertanian dan naiknya harga hasil pertanian. Hal ini disebabkan adanya
permintaan akan produk pertanian Amerika yang tak terduga pada masa perang.
Kemakmuran ini mendorong kuat para petani untuk berproduksi.
Tetapi pada akhir 1920, permintaan masa perang
yang berhenti mendadak, harga hasil pokok pertanian merosot tajam, hilangnya pasar
luar negeri. Dengan begitu petani Amerika sulit menjual produk mereka di tempat
yang Amerika tidak melakukan pembelian barang karena kebijakan tarif impornya
sendiri. Perlahan-lahan pintu pasar dunia tertutup. Ketika terjadi depresi
hebat (1930-an), harga hasil pertanian yang sudah lemah menjadi hancur.
Undang-undang pajak tahun 1922 dan
1930 menjadikan nilai pajak masuk ke angka tertinggi. Yang kedua dari
undang-undang Smooth-Hawley tahun 1930, menetapkan pungutan yang tinggi
sehingga lebih dari 1000 pakar ekonomi meminta Presiden Herbert Hoover
memvetonya. Depresi ekonomi 1929 ini dipicu
oleh jatuhnya bursa saham NYSE pada bulan oktober 1929 akibat ledakan
spekulatif yang disebut Economic buble (gelembung Ekonomi). Kenaikan harga
saham mengakibatkan terjadinya penjualan saham secara besar-besaran yang
menyebabkan pasar saham runtuh dan indeks harga saham turun drastis. Instabilitas
akibat depresi ini menghancurkan kondisi perekonomian Amerikia Serikat. Bahkan
pengangguran semakin meningkat akibat ketidakmampuan pasar menyerap tenaga
kerja dan daya beli masyarakat semakin menurun.
Keadaan Sosial Ekonomi Amerika
Serikat PraKrisis 1929, mengalami stagnansi dunia industri pada akhir tahun
1925, Kelebihan produksi di industri automobil pada tahun 1928. Kemudiaan
peningkatan tingkat suku bunga dari 4,06% per tahun menjadi 7,6% per tahun pada
tahun 1927. Hal ini disebabkan besarnya angka pembelian secara kredit yang
tidak dibayarkan secara lancar dan juga besarnya modal milik orang-orang
Amerika yang diinvestasikan di luar negeri.
Peningkatan pola konsumsi masyarakat
tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan, sementara masyarakat semakin
banyak membeli barang-barang sekunder dengan sistem kredit. Akibatnya,
kelebihan produksi yang kemudian membuat banyak barang tidak laku di pasaran.
Hingga perekonomian Amerika Serikat pun memburuk dan mencapai puncak pada saat jatuhnya nilai saham di Wallstreet
pada tahun 1929.
Pemerintah Amerika turut andil
menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi 1929. Salah satunya adalah kebijakan
proteksionisme (kebijakan melakukan perlindungan terhadap barang-barang
produksi dalam negeri). Dalam kebijakan tersebut diberlakukan pajak yang sangat
tinggi atas barang-barang import. Hal ini menimbulkan reaksi dari negara-negara
lain yang kemudian turut menaikkan pajak yang tinggi atas barang-barang hasil
produksi Amerika.
Pihak bank nasional berusaha keras
mengatasi krisis tersebut. Usaha yang dilakukan adalah dengan membeli
saham-saham yang dijual tersebut dengan menggunakan cadangan uang bank yang
merupakan dana masyarakat. Usaha tersebut tidak berjalan mulus karena ternyata
sebagian besar nasabah menarik dana mereka dari bank sehingga bank pun tidak
memiliki cadangan dana untuk menanggulangi krisis yang telah membuat
perekonomian Amerika memburuk.
Tepatnya pada hari Kamis, 24 Oktober
1929, nilai saham di Wall Street menurun drastis, yang mengakibatkan terjadinya
“krach de Wall Street”. Pada hari tersebut, nilai saham di Wall Street sedang
dalam keadaan yang tinggi sehingga banyak orang yang menjual sahamnya secara
bersamaan. Terjadi 13 juta aksi penjualan saham secara bersamaan yang
mengakibatkan jatuhnya harga saham.
Krisis kelebihan produksi secara
umum. Dalam bidang pertanian, krisis ini terlihat sebelum tahun 1929 dengan
jatuhnya harga sejak tahun 1925-1926 di semua negara. Di bidang industri,
krisis ini terjadi karena batas waktu pembayaran yang ditangguhkan pada tahun
1929 dengan alasan:
1.
Bertumpu pada metode yang beraneka ragam yang dilakukan untuk menstimulasi
konsumsi, terutama dengan penjualan kredit (Amerika Serikat).
2.
Kebutuhan-kebutuhan yang dipenuhi masih tetap penting (kasus negara lain). Namun suatu hari penawaran dari Amerika
melebihi tingkat permintaan di wilayah Eropa padahal perekonomian Eropa sedang
hancur karena perang.
Dalam 18 bulan pertama 1929-1932,
banyak bank kecil dan menengah yang bangkrut, sedangkan bank berskala besar
tidak mengalami kebangkrutan. Politik moneter Amerika pada dasarnya membuat
pertahanan akan mata uangnya sangat kuat dengan peredaran yang terbatas sehingga
menghasilkan kestabilan harga, jumlah ekspor, dan lancarnya pengurasan cadangan
emas dunia oleh AS. Pada tahun 1928, terjadi kekurangan kebutuhan atas mata
uang sehingga masyarakat beralih ke kredit yang segera melampaui batas dan
menimbulkan kejatuhan saham dan 40 %
nilai saham hilang. Bahkan setelah runtuhnya pasar saham, politikus dan
pemimpin industry terus mengeluarkan prediksi optimis bagi perekonomian Negara.
sampai tahun 1933 saham di Bursa Efek New York nilainya kurang dari 1/5 yang
pernah tercapai pada puncaknya di tahun 1929. Akibatnya pabrik bangkrut bahkan
tutup dan bank gagal berdiri sehingga menimbulkan pengangguran.
Tahun 1930-an terjadi krisis
keuangan yang memicu runtuhnya sistem pinjaman dan gold standard. Selanjutnya ,
AS menggantikan Inggris sebagai kreditor bagi perekonomian dunia, dan kala itu
dolar AS menjadi mata uang ternkuat dan terpercaya di dunia internasional. Selanjutnya
Penggunaan teknologi modern dan juga
dukungan pemerintah yang kuat di sektor tersebut, dan tatanan sosial dan
ekonomi yang baik di masyarakat menjadi faktor pendukung kejayaan Amerika
Serikat.
Industri Amerika pun mengalami
kemajuan yang pesat bahkan 44% produksi batu bara dunia dikuasai oleh Amerika
Serikat. Dengan kemapanan ekonominya Amerika Serikat mampu memberikan bantuan
ekonomi kepada Eropa untuk bangkit kembali dari keterpurukannya pasca perang.
Gaya hidup masyarakat yang menggemari sistem kredit, menginvestasi uang mereka
dengan membeli saham dan pola hidup konsumtif pun menunjukkan kemakmuran negaranya.
Dapat dikatakan Depresi besar atau
Great Depression merupakan suatu peristiwa kemerosoton atau depresi ekonomi
terparah yang khususnya melanda Amerika, namun juga berpengaruh pada
negara-negara lain di berbagai penjuru dunia. Peristiwa ini terjadi di tahun
1929 hingga awal 1940, yang mana disebabkan karena:
1.
Jatuhnya
Bursa Saham (Stock Market Crash) di tahun 1929
Jatuhnya
bursa saham pada bulan Oktober 1929 di Amerika atau yang lebih sering
disebut Black Tuesday disinyalir sebagai
penyebab utama dari Great Depression. Peristiwa ini menyebabkan hampir seluruh
pemegang saham mengalami kerugian yang ditaksir lebih dari empat milyar dolar
Amerika. Pemerintah Amerika berusaha mengatasi dampak dari jatuhnya bursa saham
dengan memaksa sebagian besar bank untuk tutup, akibatnya terjadi kepanikan
yangefeknya tidak hanya dialami oleh penduduk Amerika melainkan sudah lintas
negara. Kepanikanini membuat masyarakat yang khawatir simpanan mereka di bank
hilang berbondong-bondongmendatangi bank yang masih buka untuk dapat menarik
uang simpanan mereka. Hal ini secaracepat berimbas pada terjadinya kebankrutan
di sejumlah bank, dan terjadinya Great Depression diakhir 1930 tidak dapat
terelakkan lagi.
2.
Kegagalan
bank (bank failures)
Sepanjang
tahun 1930 setelah terjadinya stock market crash jumlah bank di Amerika
danEropa yang lumpuh dan mengalami kebangkrutan semakin bertambah hingga
mencapai 9000 bank. Pemerintah tidak lagi mampu memberikan jaminan terhadap
simpanan yang terisisa,akibatnya bank dalam keadaan uninsured dan tidak lagi
dapat memberikan pinjaman baginasabah. Keadaan ini semakin memperburuk situasi
karena mayoritas masyarakat kehilanganuangnya, dan sehingga kesulitan ekonomi tidak
hanya dirasakan oleh negara melainkan sudah berdampak pada masyarakat luas.
3.
Menurunnya
daya beli masyarakat (Reduction in Purchasing)
Adanya
stock market crash dan hilangnya simpanan masyarakat di bank menyebabkan daya
beli masyarakat menurun dan bahkan masyarakat tidak mampu membeli barang.
Inimenyebabkan perusahaan harus berhenti melakukan produksi, dan akibatnya para
pekerja pundiberhentikan sehingga angka pengangguran ketika itu naik hingga
25%. Ini menyebabkan roda perekonomian tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, dan keadaan depresi ekonomi pun semakin parah.
b) Masa Presiden Franklin
Franklin Delano Roosevelt adalah
Presiden Amerika Serikat yang ke-32 dan merupakan satu-satunya Presiden Amerika
yang terpilih empat kali dalam masa jabatan dari tahun 1933 hingga 1945. Pada
itu Amerika mengalami puncak masa depresi lebih dari 13 juta rakyat Amerika
tidak mempunyai pekerjaan, dan susunan perbankan tidak beraturan. Franklin D.
Roosevelt memberikan harapan kepada rakyat Amerika dan berjanji akan mengambil
tindakan tegas dan cepat. Salah satu pernyataannya yang terkenal pada amanat
pelantikannya kepada bangsa Amerika adalah kebijakan
New Deal yaitu ”Satu-satunya yang kita perlu takutkan hanyalah rasa takut
itu sendiri”.
Dalam pergertian lain New Deal merupakan perkenalan jenis
reformasi sosial dan ekonomi yang sudah kenal lama di Eropa lebih dari satu generasi
dan lebih jauh lagi New Deal mewakili puncak kecenderungan jangka panjang untuk
meninggalkan kapitalisme laissez-faire (perekonomian tanpa campur tangan
pemerintah) dan menginginkan peraturan reformasi dari Negara bagian maupun
nasional yang diperkenalkan pada era progresif pemerintahan Theodore Roosevelt
dan Woodrow Wilson (1880).
Dalam pelaksanaannya New Deal adalah cepatnya
peraturan-peraturan itu dibuat. Sebelumnya, peraturan yang dibuat dapat memakan
waktu sampai beberapa generasi, banyak perubahan aturan dibuat terburu-buru dan
pelaksaaannya lemah akibatnya beberapa peraturan malah saling bertentangan.
Sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah terputus atau terhenti,
namun setelah diterapkan program New Deal mulai membangkitkan kembali
kepercayaan dan minat masyarakat Amerika terhadap pemerintah. Dalam seratus
hari pertama pemerintahan FDR mengusulkan rencana besar-besaran untuk:
1. Menghidupkan
kembali kegiatan perusahaan dan pertanian. Dengan cara mendirikan
lembaga-lembaga baru di pemerintahaan yang menyediakan fasilitas kredit ringan
untuk industri dan pertanian.
2. Memberi
bantuan kepada para penganggur dan kepada mereka yang terancam akan kehilangan
ladang dan tempat tinggalnya. (lapangan pekerjaan untuk para pengangguran).
3. Memperbaiki
sistem perbankan dan kredit. Dengan langkah bank-bank ditutup terlebih dahulu
dan dibuka kembali apabila telah membayar utang. Pemerintah mengunakan
kebijakan inflasi mata uang yang moderat untuk mengawali gerakan peningkatan
harga komoditas dan untuk membayar cicilan kepada para debitur.
Pasca
pemerintahan Roosevelt masa seratus hari pertama memegang jabatan, ia telah
menunjukkan diri sebagai pemimpin negara yang cakap. Ia memperoleh dukungan
rakyat yang unik dalam sejarah Amerika dalam melancarkan sebuah program
percobaan yang bertujuan mencapai apa yang disebut sebagi sistem yang bersifat
lebih sosial dan lebih demokratis.
Program
itu dikenal dengan nama "New Deal”. Pada 1936 di tahun pemilihan Presiden,
revolusi damai dalam bidang ekonomi dan sosial yang dilancarkan oleh Presiden
Roosevelt telah berhasil membawa perbaikan dan pembangunan kembali sebagian
Amerika. Oleh karena itu ia dipilih kembali sebagai Presiden Amerika dengan
jumlah suara yang besar.
Selama
jabatannya yang kedua, dari 1937 sampai 1940 Presiden Roosevelt menghadapi
banyak kesukaran. Ia berbeda pendapat dengan Mahkamah Agung Amerika,
perekonomian Amerika menderita kemunduran dan pada September 1939, perang pecah
di Eropa dengan penyerbuan Jerman ke Polandia. Melalui perundang-undangan,
Presiden Roosevelt berusaha untuk menghindarkan Amerika dari peperangan, tetapi
di samping itu ia juga memperkuat negara-negara yang terancam atau diserang.
Ketika Jepang menyerang Pearl Harbor di Hawaii pada tanggal 8 Desember 1941,
Presiden Roosevelt memimpin pengerahan tenaga rakyat serta sumber-sumber yang
ada untuk menjalankan perang total. Sebelum Amerika Serikat, Churchill telah
menyusun sebuah Deklarasi delapan pasal yang terkenal dengan nama Piagam
Atlantik. Program ini dapat dikatakan sebagai program perdamaian antara lain:
1. Hak
rakyat untuk menentukan nasib sendiri.
2. Jaminan
perdamaian serta bebas dari kemelaratan dan ketakutan.
Dua di antara empat kebebasan yang
dicantumkan Presiden Roosevelt dalam amanat tahunannya kepada Kongres pada
Januari 1941 Kemudian adanya bentuk kebebasan itu antara lain :
·
Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
·
Kebebasan untuk beragama.
·
Kebebasan dari kemelaratan
·
Kebebasan dari ketakutan.
Karena merasa bahwa perdamaian dunia di masa datang
akan tergantung pada hubungan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, Presiden
Roosevelt banyak mencurahkan pikirannya untuk mendirikan Perserikatan
Bangsa-Bangsa, di mana kesulitan
wah saya suka artikel tentang latar belakang perang dunia 1
BalasHapus